Minggu, 30 Desember 2007

Critical Value Penerapan TI (Teknologi Informasi) disuatu Organisasi. Contoh: di PT. Anugerah  Argon Medica (AAM)



Penerapan teknologi informasi pada tiap perusahaan atau organisasi tentunya memiliki tujuan yang berbeda, tapi pada dasarnya penerapan TI pada suatu organisasi adalah guna mendukung kepentingan usahanya. Namun sebenarnya hal terpenting yang perlu dicatat, dalam menghadapi kondisi sekarang ini, dimana persaingan dan fluktuasi dunia bisnis yang tinggi, perlu ditanamkan bahwa penerapan TI bukan hanya berperan sebatas support tools saja, tetapi TI juga merupakan strategic tools, dimana berarti lebih luas terhadap kebijakan dan tujuan-tujuan penerapan TI diperusahaan tsb yang cukup jelas.



Penerapan TI di perusahaan distribusi farmasi PT Anugrah Argon Medica (AAM), telah membawa dampak positif bagi perusahaan tsb. AAM mulai memetik hasil dari investasi teknologi informasi-nya, terbukti dengan makin bersinarnya tolok ukur kinerja bisnis AAM yang makin bersinar terang. Dengan penurunan biaya usaha, tapi tingkat pelayanan membaik, kepuasan pelanggan meningkat, dan omzetpun melonjak tinggi, bahkan didapati pada beberapa waktu terakhir, bisnis AAM naik sampai Rp 300 miliar. Prestasi yang diraih AAM ini sangat mengejutkan, mengingat dalam kondisi sulit seperti sekarang ini, bisnis AAM justru bergerak lincah dan AAM berhasil menyabet dua penghargaan dalam ajang Indonesia E-Company Award 2006, yang didukung penuh oleh XL Business Solution. Yaitu, Terbaik satu untuk kategori Distribusi, Ritel & Logistik, serta penghargaan khusus Terbaik dalam IT Performance Improvement. Dengan keberhasilan yang diperlihatkan, mampu membuktikan bahwa penerapan TI di AAM sangat mendukung kinerja bisnis suatu perusahaan, dimana Inovasi TI sebagai kunci sukses serta faktor penting. Inovasi bukan berarti harus rumit, yang terpenting bisa menjawab kebutuhan bisnisnya. Inovasi dan bisnis saling terkait dan mempengaruhi. Inovasi TI membantu perusahaan membangun proses bisnis lebih baik. Sifat inovasi tak perlu rumit, inovasi sederhana pun mampu memberikan perbaikan bagi kinerja perusahaan, selama sifatnya yang bisa dimanfaatkan menjadi nilai tambah pada bisnis.



AAM memanfaatkan TI guna meningkatkan pelayanan dan membaca kondisi pasar. Pengontrolan stok lebih efisien, aktivitas distribusi produk yang tepat sasaran sesuai target pasar, yang akhirnya dapat mengurangi modal kerja. Kecenderungan untuk melihat kondisi pasar hanya berdasar total nilai penjualan, jenis produk, dan unit barang, beralih, yaitu dengan menambahkan instrument TI sebagai alat yang mampu memperlihatkan kondisi penjualan secara lebih, sampai pada kanal-kanal penjualan, seperti rumah sakit, apotek atau toko obat. Keseragaman informasi dan cara pandang terhadap data yang diperoleh principal dan distributorpun tercipta, dengan penerapan sistem yang terintegrasi tentunya. Hal ini akhirnya membantu principal membangun strategi untuk mengantisipasi dinamika pasar kemasa depan. Hasilnya, tentu saja bisa ditarik kesimpulan penerapan TI sudah menjadi bagian penting dalam AAM, guna proses bisnisnya. Memang investasi yang dilakukan AAM dalam penerapan TI, bukan hal yang murah, jutaan dolar AS dikeluarkan guna infrastruktur TI-nya serta untuk mengadopsi berbagai aplikasi solusi terbaru Sistem Enterprise Resources Planning (ERP), misalnya, AAM terapkan sebagai pondasi dasar pengembangan TI. Agar lebih komplet, diterapkan juga berbagai sistem aplikasi, seperti Customer Relationship Management (CRM) dan Business Intelligence.



Pemanfaatan TI adalah syarat menuju best practice dalam pengelolaan bisnis. Keuntungan penerapan TI pada perusahaan sangatlah banyak:
- TI menciptakan sebuah keunggulan kompetitif bagi perusahaan dibanding para pesaingnya.
- Kecanggihan TI merupakan kekuatan paling penting yang mengubah pasar dunia dan perusahaan bergantung pada TI untuk menghubungkan dan mengelola operasional secara global. - Kedepan TI akan memegang peranan penting dalam mengelola operasional perusahaan yang makin kompleks dan mengglobal. Dimana TI membantu perusahaan meningkatkan daya saing terhadap munculnya pesaing-pesaing baru.



Namun yang tidak terlupakan, terkadang penerapan TI gagal menjadi nilai lebih yang optimum bagi perusahaan penerap. Maka disini sebuah perusahaan seharusnya lebih mampu lagi untuk mengetahui apa-apa saja yang sebenarnya dibutuhkan dan diadopsi perusahaan, penerapan TI disarankan bukan saja karena tren atau sekedar ikut-ikutan tapi lebih sebagai melakukan inovasi TI secara mindful. Berarti, membangun inovasi TI benar-benar berdasar kebutuhan dan kondisi perusahaan dan lebih menekankan pada aspek keselarasan dengan tujuan bisnis yang ingin dicapai. Atau dikatakan kita sebagai orang yang akan memutuskan penerapan TI, dapat lebih bijak mengadopsi dan megambil sebuahnkeputusan berdasar kebutuhan yang sesuai.
Yang perlu disiasati lagi, pada saat banyak perusahaan menerapkan best practice, apa cara yang dapat dilakukan suatu perusahaan agar mampu lebih unggul dari pesaingnya. Yaitu hal yang tidak bisa disaingi adalah kesatuan dan kinerja organisasinya sendiri. Dalam hal ini TI merupakan suatu alat atau tools, sehingga arah dan tujuan bisnislah yang tetap menjadi nahkoda, yang berarti seberapa kemampuan para eksekutif puncak mendayagunakan inovasi TI sebagai pencipta terobosan baru dalam dunia bisnis. Struktur organisasi bisnis yang baik dengan proses manajemen yang baik adalah kunci sukses keberhasilan penerapan TI tsb. Tidak terlupakan, bagaimana faktor leadership menjadi tantangan sekaligus hambatan pada banyak perusahaan. Dimana terkadang eksekutif puncak tak memiliki visi terhadap investasi TI-nya. Keselarasan antara visi dan tujuan investari yang tidak congruen, sehingga seharusnya didapati goal congruen antara keduanya dahulu. Jadi, para pemimpin disini harus lebih dahulu dapat menerjemahkan arah perusahaan yang ingin dicapai: apakah bertujuan menjadi low cost provider, customer service oriented, atau unggul dalam produk. Setelah itu, barulah menjatuhkan pilihan TI-nya.



Adapun kendala penerapan TI pada perusahaan di Indonesia, adalah sbb:
Permasalahan biaya, dimana Inovasi TI menyedot biaya cukup besar. Ini mengingat siklus produk TI relatif pendek. Setiap saat perusahaan harus meningkatkan kapasitas sistemnya untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Masih rendahnya kemampuan para eksekutif puncak menciptakan nilai tambah dari investasi TI, yang berarti penting mengetahui kebutuhan TI pada bisnisnya, apakah bisnis yang dilakukan benar-benar membutuhkan inovasi TI tsb.
Masih rendahnya kesadaran individu dalam organisasi untuk mengambil keputusan berubah untuk memutuskan penerapan TI diperusahaan, karena masih berpikir TI rumit dan sulit penerapan dan perawatannya.

Menyikapi hal-hal diatas (dikutip dari Sidharta Sidik, chief information officer PT. Charoen Pokphand Indonesia), perusahaan paling sedikit mampu melakukan tiga langkah penting berikut: Pertama, selalu meningkatkan kapasitas teknologi yang dipakai. Kedua, melakukan benchmarking dengan perusahaan yang memiliki TI lebih maju. Ketiga, TI bukan bicara merek. “Justru masalah SDM-lah yang sering menjadi faktor krusial pada banyak perusahaan”. Maka, membangun organisasi bisnis yang bisa mendidik dan menghasilkan orang-orang kompeten harus menjadi prioritas.